Stone Temple Pilots Menghidupkan Masa Lalu
MASA lalu kembali dihidupkan dan dirayakan oleh ribuan penggila musik rock, ketika Scott Weiland (vokal), Dean DeLeo (bass), Robert DeLeo (gitar), dan Eric Kretz (drum) kembali mengibarkan bendera terang grup band bernama Stone Temple Pilot (STP) di Kemayoran, Jakarta, kemarin (13/3) malam. Salah satu pentolan band beraliran hard rock-grunge asal San Diego, California AS itu, seperti kembali membawa penikmatnya di masa kejayaan mereka di awal 90-an. Ketika album debutan mereka bertajuk Core mencatatkan kegemilangan.Meski tampil sebagaimana galibnya band besar yang hanya menjual nama besar —via lagu kenangan— kehadiran STP tetap berhasil meninggalkan kesan mendalam. Tak ubahnya konser Iron Maiden di Ancol, beberapa waktu lalu. Dengan menjual lebih dari 40 juta kopi album mereka di seluruh dunia, STP ternyata masih garang di atas panggung.
Lihatlan Scott Weiland yang menjadi juru mudi STP, seperti tidak pernah kehabisan energi menggelontorkan sejumlah supersinggel mereka, yang notabene sangat dikenal publik pencintanya. Beberapa supersinggel yang terangkum di album Core, Purple, Tiny Music... Songs from the Vatican Gift Shop, No 4, Shangri-La Dee Da hingga Stone Temple Pilots, seperti koor panjang yang tidak berkesudahan.
Tidak mengherankan di sepanjang pertunjukan, dari prediksi singgel populer seperti “Sex Type Thing”, “Plush”, “Creep”, “Big Empty”, “Vasoline”, “Interstate Love Song”, “Pretty Penny”. Kemudian “Unglued”, “Dancing Days”, “Big Bang Baby”, “Trippin’ on a Hole in a Paper Heart”, “Lady Picture Show”, “Tumble in the Rough”, “Down”, “Sour Girl”, “Days of the Week”, “Hollywood Bitch”, “Revolution”, “All in the Suit That You Wear”, “Between the Lines”, “Take a Load Off”, dan “Cinnamon”, beberapa di antaranya benar-benar diantarkan dalam konser gelaran Java Musikindo itu.
Belum Selesai
Misalnya singgel “Still Remains”, “Dancing Days”, “Trippiní On A hole In A Paper Heart”, “Interstate Love Song”, “Dead n Bloated”, “Huckleberry Crumble”, “Hickory Dichotomy”, “Silvergun Superman”, “Sex Type Thing”, hingga “Wicked Garden”, “Vasoline”, “Beetween The Lines” serta “Heaven n Hotrods”. Tidak mengherankan jika histeria-yang biasanya menjelma ketika kenyataan yang seperti impian itu benar-benar terwujud di depan mata.
Memang, STP sempat hilang dari peredaran, ketika Weiland melakukan “pengembaraan” bersama Velvet Revolver. Band hard rock yang dibentuknya pada 2002 bersama sejumlah musisi jebolan Guns N’ Roses seperti Slash, Duff McKagan, dan Matt Sorum. Meski, akhirnya pengembaraannya tidak berlangsung lama dan dia memutuskan pulang kandang ke STP. Setelah lima tahun “menggelandang” bersama Velvet Revolver, Weiland bergabung kembali dengan STP pada 2008, menggelar sejumlah tur, sebelum akhirnya pada 2010 lalu merilis album terkini Stone Temple Pilots.
Seperti hendak merajut kembali kejayaan masa lalu itulah, STP kembali mengibarkan bendera mereka. Sementara hubungannya dengan sejawatnya di Velvet Revolver, menurut dia, masih baik-baik. Sebagaimana kita ketahui, Slash juga pernah melakukan konser solo di Jakarta, dengan sejumlah musisi pendukung. Kini, giliran STP seperti hendak mengatakan; kami juga belum “selesai” dari hiruk pikuk industri.
Dengan catatan mentereng dalam industri musik, seperti meraih Grammy untuk kategori “Best Hard Rock Performance” untuk singgel “Plush” pada 1994, serta menempatkan namanya pada nomor 40 pada VH1’s The 100 Greatest Artists of Hard Rock, harapan STP seperti tidak akan bertepuk sebelah tangan. (G20-75)
<-- more -->